Jumat, 03 Februari 2012

Sains


GEJALA UMUM KEKURANGAN UNSUR HARA
Kekurangan nitrogen (N):
Nitirogen merupakan unsur mobil didalam tanaman, oleh karena itu gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua. Gejalanya berupa menguningnya daun. Kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi kemerahan sebagai akibat terbentuknya "anthocyanin".:

Kekurangan fosfor (P)
Kekurangan fosfor akan memicu rontoknya daun.  Sebelumnya daun menunjukkan gejala muculnya warna kemerahan atau keunguan sebagai akibat pembentukan anthocyanin.

Kekurangan kalium (K)
Ditandai dengan munculnya bercak-bercak kuning pada daun, diikuti dengan mati/"mengeringnya" ujung dan pinggiran daun.  Kejadian ini dimulai dari bagian tanaman yang lebih tua.

Kekurangan kalsium (Ca):
Kekurangan kalsium menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel apikal pada tunas dan daun. Hal ini menyebabkan tunas dan daun mati. Keadaan ini sering diawali dengan matinya ("mengeringnya") pinggiran daun muda.

Kekurangan magnesium (Mg):
Ditunjukkan oleh muculnya bercak-bercak berwarna kuning pada daun. Dimulai pada daun-daun yang lebih tua kemudian diikuti pada daun-daun lebih muda.

Kekurangan besi (Fe):
Kekurangan besi ditunjukkan oleh menguningnya daun yang dimulai dari ujung daun. Daun menjadi sangat mudah patah dan transparan sebelum terlepas. Hygrophylla sp, dan tanaman air lain dengan pertumbuhan cepat, pada kondisi kekurangan Fe, akan menunjukkan gejala ini terlebih dahulu dibandingkan tanaman lain.

http://www.o-fish.com/Aquascaping/images/DefisiensiFe.jpg
Gambar 1.
Gejala Kekuranga Unsur Fe

Kekurangan mangan (Mn):
Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiir tetap berwarna hijau. Bagian yang menguning tersebut akan mati dan meninggalkan lubang-lubang berbentuk memanjang. Kekurangan Mn sering terjadi sebagai akibat pemupukan Fe berlebihan sehingga menyebabkan Mn menjadi tidak tersedia.

http://www.o-fish.com/Aquascaping/images/DefisiensiMn.jpg
Gambar 1.
Gejala Kekuranga Unsur Mn

Kekurangan belerang (S):
Kekurangan belerang ditandai dengan menguningnya daun. Diawali dengan daun-daun muda terlebih dahulu. Kada-kadang disertai juga dengan memerahnya daun.

Kekurangan tembaga (Cu)
Ujung daun mati dan pinggirannya layu. (Kelebihan Cu dapat membunuh berbagai tanaman, seperti Vallisneria, Ludwigia, Sagitaria, dll )

Kekurangan seng (Zn)
Menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun, pada pinggiran dan pada ujung daun tua.

Kekurangan boron (B)
Titik tumbuh mati. Tanaman selanjutnya akan membentuk tunas samping, yang kemudian akan mati pula dengan cepat.

Kekurangan molibdenum (Mo)
Bintik-bintik kuning diantara tulang daur pada daun lebih tua terlebih dahulu. Diikuiti dengan terbentuknya warna coklat pada pinggiran daun.

Kekurangan karbondioksida (CO2)
Daun tumbuh kecil-kecil, pertumbuhan lambat, dan munculnya deposit kasar keputihan pada permukaan daun sebagai akibat proses dekalsifikasi biogenik.





















HAMA PADA TUMBUHAN

Wereng coklat
(brown planthopper = BPH)
Nilaparvata lugens( St ål)
Hemiptera: Delphacidae
Wereng (Gambar 8) sebelumnya termasuk hama
sekunder dan menjadi hama penting akibat
penyemprotan pestisida yang tidak tepat pada
awal pertumbuhan tanaman, sehingga membunuh
musuh alami. Pertanaman yang dipupuk nitrogen
tinggi dengan jarak tanam rapat merupakan
kondisi yang sangat disukai wereng.
Stadia tanaman yang rentan terhadap
serangan wereng coklat adalah dari pembibitan
sampai fase matang susu. Gejala kerusakan yang
ditimbulkannya adalah tanaman menguning dan
cepat sekali mengering. Umumnya gejala terlihat
mengumpul pada satu lokasi - melingkar disebut
hopperburn (Gambar 9).
Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor
per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari.
Mekanisme kerusakan adalah menghisap cairan
tanaman pada sistem vaskular (pembuluh
tanaman).
Cara pengendalian
• Pengendalian secara kultural dan penanaman
varietas yang tahan wereng coklat sangat
dianjurkan. Beberapa varietas yang dilepas oleh I RRI yang mengandung gen ketahanan terhadap wereng coklat adalah I R26, I R36, I R56, I R64 dan I R72.
Varietas tahan wereng coklat yang sudah dilepas
Antara lain: Widas, Ketonggo, Ciherang,
Cisantana, Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad
Unda, Kalimas, Singkil, Bondoyudo, Sintanur,
Cimelati, Konawe, Batang Gadis, Ciujung, Conde,
dan Angke. Sewaktu-waktu varietas tahan dapat menjadi rentan akibat perubahan biotipe wereng coklat.
• Pemberian pupuk K untuk mengurangi kerusakan.
• Insektisida (bila diperlukan) antara lain yang
berbahan aktif:
- amitraz,
- buprofezin,
- beauveria bassiana 6.20 x 1010 cfu/ml,
- BPMC,
- fipronil,
-imidakloprid,
-karbofuran,
-karbosulfan,
- metolkarb
MIPC,
- propoksur, atau
- tiametoksam







A. Gerak Taksis adalah gerak berpindahnya seluruh tubuh tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan. Dinamakan taksis positif jika mendekati rangsangan dan dinamakan taksis negatif jika menjauhi rangsangan (seperti meraju gitu, makanya dinamain negatif).
Beberapa bentuk taksis :
  • Fototaksis (berupa cahaya)
  • Kemotaksis (zat kimia)         
B. Gerak Tropi atau Tropisme adalah gerak sebagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah rangsangan. Sama kayak gerak taksis, di gerak tropi juga ada positif dan negatifnya.
Bentuk tropisme antara lain :
  • Fototropisme atau heliotropisme (rangsang berupa cahaya)
  • Geotropi (rangsang mengikuti grafitasi bumi) 
  • Tigmotropi atau haptotropi (rangsang berupa sentuhan) 
  • Hidrotropi ( rangsang berupa air) 
C. Gerak Nasti adalah gerak sebagian tumbuhan yang tidak dipengaruhi arah rangsang (ingat aja, kalau Tropi dipengaruhi kalau nasti enggak). Gerak nasti identik dengan daun putri malu (Mimosa pudica) yang kalau disentuh dikit aja langsung gak mau nyapa alias menutup dan kalau didiamkan agak lama daunnya membuka kembali. Nah, gerakan tersebut sebagai tanggapan atas reaksi yang datang dari luar, sedangkan arah gerakannya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsang.
Beberapa bentuk nasti :
  •   Niktinasti (rangsang berupa gelap terang)
  •   Seismonasti (rangsang sentuhan atau mekanik)
  •   Nasti kompleks (rangsang tidak hanya satu)

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.[1] Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.[1] Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.[1] Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.[1] Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.[1] Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.[1]

Sejarah
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.[2] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu.[2] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.[2] Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[2] Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1]
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[3] Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus.[3] Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan.[3] Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[3]
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[4] Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak".[5] Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.[5]
Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).[6]

Pigmen

Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[7] Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis.[7] Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[5] Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[5] Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut.[5] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[5]
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[8] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[8] Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.[8]

Strukturkloroplas:
1.membran luar
2.ruang antar membran
3.membran dalam (1+2+3:bagianamplop)
4.stroma
5.lumen tilakoid (insideofthylakoid)
6.membran tilakoid
7.granum(kumpulantilakoid)
8.tilakoid (lamella)
9.pati
10.ribosom
11.DNA plastida
12. Plastoglobula

Kloroplas


Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang.[9] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis.[10] Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[9] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[9] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[9] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[9] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid.[9] Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[11] Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu).[8] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[8] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma.[8] Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem


www.sains.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar