Selamat
tahun baru imlek 2563
新年快乐 Xin Nian Kuai Le,
身体健康 Shen Ti Jian Kang,
龙马精神 Long Ma Jing Shen,
万事如意 Wan Shi Ru Yi。
身体健康 Shen Ti Jian Kang,
龙马精神 Long Ma Jing Shen,
万事如意 Wan Shi Ru Yi。
Dalam jutaan orang Tionghoa yang ada di dunia ini,
ternyata yang mengetahui sejarah dan asal usul Tahun Baru Imlek memang tidak
banyak. Biasanya mereka hanya merayakannya dari tahun ke tahun bila kalender
penanggalan Imlek telah menunjukan tanggal satu bulan satu. Jenis dan cara
merayakannya pun bisa berbeda dari satu suku dengan yang lain.
Hal ini
dikarenakan luasnya daratan Tiongkok dengan beraneka ragamnya kondisi alam,
lingkungan baik secara geografis maupun demografis, belum lagi secara etnis.
Ada yang dimulai dengan sembahyang kepada Thian dan para Dewa, serta leluhur, ada pula yang dimulai dengan
makan onde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain sebelum saling berkunjung antar
sanak saudara sambil tidak lupa membagi-bagi “Ang Pau” untuk anak-anak, yang
tentu saja menerimanya dengan penuh kegembiraan.
Sebenarnya
penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh 2 system kalender, yaitu sistem Gregorian
dan sistem Bulan-Matahari, dimana satu tahun terbagi rata menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya
terdiri dari 29 ½ hari. Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim
yang amat erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada alam,
sehingga pembagian musim ini terbukti amat berguna bagi pertanian dalam
menentukan saat tanam maupun saat panen.
Di bawah ini adalah beberapa contoh dari pembagian
24 musim tersebut:
- Permulaan musim semi
Hari pertama pada musim ini adalah hari pertama Perayaan Tahun Baru, atau saat dimulainya Perayaan Musim Semi (Chun Jie).
- Musim hujan
Di mana hujan mulai turun.
- Musim serangga
Serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin.
- dll (Masih terdapat 21 musim lain yang terlalu panjang untuk dibahas satu persatu)
- Permulaan musim semi
Hari pertama pada musim ini adalah hari pertama Perayaan Tahun Baru, atau saat dimulainya Perayaan Musim Semi (Chun Jie).
- Musim hujan
Di mana hujan mulai turun.
- Musim serangga
Serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin.
- dll (Masih terdapat 21 musim lain yang terlalu panjang untuk dibahas satu persatu)
Selain dari pembagian musim di atas, dalam
penanggalan Tionghoa juga dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan
cara unik dalam membagi tahun-tahun dalam hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada
lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan “Shio”, yaitu Tikus,
Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi.
Kesimpulannya, penanggalan Tionghoa tidak hanya
mengikuti satu sistem saja, tetapi juga ada beberapa unsur yang mempengaruhi,
yaitu musim, 5 unsur, angka langit, shio, dll. Walaupun demikian, semua
perhitungan hari ini dapat terangkum dengan baik menjadi satu sistem
“Penanggalan Tionghoa” yang baik, lengkap dan harmonis bahkan hampir bisa
dikatakan sempurna karena sudah mencakup “Koreksi” -nya juga, sebagai contoh
adalah “Lun Gwe”, merupakan bulan untuk mengkoreksi setelah satu periode
tertentu.
Perayaan
Tahun Baru Imlek merupakan sebuah perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Menggantung lentera merah, membunyikan petasan dan menyembunyikan sapu adalah salah satu keunikan dari
perayaan ini. Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel
gambar Dewa Penjaga Pintu pada
hari-hari perayaan ini.
NIAN
Legenda mengatakan bahwa pada jaman
dahulu dunia dipenuhi dengan binatang-binatang buas dan berbahaya. Diantara
mereka terdapat sebuah monster yang sangat besar, Nian.
Nian mempunyai kebiasaan memulai
makan manusia tepat pada malam tahun baru.
Nian
mempunyai mulut yang sangat besar yang dapat menelan banyak orang sekaligus
dalam sekali lahap, sehingga tidak heran jika pendudukmenjadi amat
takut kepadanya.
Pada suatu hari, ada seorang tua
yang datang untuk menolong mereka. Beliau menawarkan diri untuk menaklukkan
sang monster Nian.
Walaupun setengah percaya, penduduk
setuju. Maka orang tua itu pun mencari Nian.
Pada saat bertemu Nian, Nian masih
terlelap tidur, orang tua itu berteriak, “Nian bangun! Saat ini adalah malam
tahun baru. Bangun!”
Mendengar teriakan itu, Nian pun
bangun.
“Jadilah baik dan buang sifat
jahatmu. Hentikan kebiasaanmu memakan manusia”, kata orang tua itu.
“Ha, ha, ha. Hai orang tua, kamu
telah menghantarkan dirimu. Tidakkah kamu takut aku akan memakanmu?”, ejek
Nian.
“Jika kamu memakan diriku, apa yang
patut dibanggakan? Apa hebatnya?”, tanya orang tua itu, “Beranikah kamu memakan
ular berbisa?”
“Mudah”, jawab Nian.
Saat itu juga Nian langsung melahap
semua ular yang ada di sekitarnya.
“Bagaimana? Bukankah aku hebat?”
“Di belakang gunung terdapat banyak
binatang buas, apakah kamu mampu mengalahkan mereka?”, tanya sang orang tua.
“Ikutlah denganku, maka kamu akan
mengetahui kehebatanku”, jawab Nian.
Nian langsung melahap
binatang-binatang buas yang ada, dan sebagian lagi lari ketakutan, Nian tidak
terkalahkan.
“Ha,ha,ha. Hai orang tua, sekarang
kamu akan aku makan”
“Tahan. Aku akan melepas jubah yang
kupakai dahulu sehingga kamu akan mendapatkan makanan yang lebih lezat”, jawab
sang orang tua.
Saat sang orang tua melepas
jubahnya, Nian langsung ketakutan karena baju orang tua itu berwarna merah.
“Saya benci warna merah.
Singkirkan!”
“Ha,ha,ha. Aku tahu kamu takut warna
merah”
“Ampunilah diriku”, mohon Nian.
“Bila kamu bersedia melepaskan
kebiasaan jelekmu, maka kamu akan kuampuni”, jawab sang orang tua.
Sejak itulah sang monster Nian hanya
memangsa binatang, tidak pernah lagi dia memakan manusia.
Setelah kejadian tersebut, orang tua
itu pun menghilang dengan mengendarai sang monster Nian.
Barulah penduduk sadar bahwa orang
tua tersebut adalah Dewa yang turun ke dunia guna menolong manusia.
Nian telah pergi, binatang buas
lainnya juga takut berkeliaran, mereka masuk ke hutan-hutan. Sejak saat itu
penduduk mulai dapat hidup tenang dan damai.
Sebelum pergi sang orang tua
berpesan agar penduduk menaruh dekorasi yang terbuat dari kertas merah pada
pintu-pintu dan jendela pada setiap akhir tahun, demi menangkal kembalinya si
Nian, karena Nian takut warna merah.
Sejak itulah, menempel kertas merah
menjadi kebiasaan.
Meskipun
demikian banyak orang lupa atau tidak tahu mengapa merekaharus menempel
kertas merah. Mereka, rata-rata, hanya menyukai kemeriahan warna dan suasana
yang dianggap dapat lebih menyemarakkan Perayaan Tahun Baru Imlek.
Walaupun
puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlekhanya berlangsung 2-3 hari termasuk malam tahun baru, tetapi
masa tahun baru sebenarnya berlangsung mulai pertengahan bulan 12 tahun sebelumnya
sampai pertengahan bulan pertama dari tahun yang baru tersebut.
Satu bulan sebelum tahun baru
merupakan bulan yang bagus untuk berdagang, karena orang biasanya akan dengan
mudah mengeluarkan isi kantongnya untuk membeli barang-barang keperluan tahun
baru. Transportasipun akan terlihat mulai padat karena orang biasanya akan
pulang ke kampung halaman untuk merayakan tahun baru bersama sanak saudara.
Beberapa hari menjelang tahun baru
kesibukan dalam rumah mulai terlihat dimulai dengan pembersihan rumah secara
besar-besaran bahkan ada yang mengecat baru pintu-pintu dan jendela. Ini
dimaksud untuk membuang segala kesialan serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah
dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.
Acara dilanjutkan dengan memasang
hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun
tempelan kata-kata harapan, seperti Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta
Kemakmuran.
Keluarga melakukan sembahyang
terhadap leluhur, bermacam-macam buah diletakkan di depan altar.
Pada malam tahun baru, setiap
keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Makanan
populer pada jamuan khusus ini adalah “Jiao Zi” (semacam ronde). Setelah makan,
biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main kartu maupun game, atau hanya
nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam,
langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira.
Keesokan harinya, anak-anak akan
bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak
keluarga dan mereka biasanya akan mendapat Ang Pau. Acara dilanjutkan dengan mendatangi saudara
yang lebih tua atau tetangga. Ini adalah saat yang tepat untuk saling berdamai,
melupakan segala ketidakcocokan.
Suasana tahun baru berakhir 15 hari
kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera”. Lentera warna-warni
aneka bentuk akan dipasang memeriahkan suasana, tarian tradisional digelar.
Makanan khas pada saat itu adalah “Yuan Xiao”, semacam ronde yang lain.
Walaupun tradisi dan kebiasaan boleh
berbeda tetapi ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru, yaitu
suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun
penduduk dunia lainnya.
Menggantung Lentera Merah
Pada masa akhir Dinasti Ming, Li
Zicheng, pemimpin pemberontak, bersama tentaranya sedang mempersiapkan diri
untuk menguasai kota Kaifeng.
Demi mendapatkan informasi yang akurat, Li menyamar sebagai penjual beras masuk
ke Kaifeng. Setelah mendapat gambaran yang jelas, maka Li menyebarkan berita
untuk kalangan rakyat jelata bahwa tentara pemberontak tidak akan mengganggu
setiap rumah yang menggantung lentera merah di pintu depan.
Sekembalinya Li ke markas, dia
membuat rencana penyerangan. Para penjaga kota Kaifeng mulai mendapat serangan gencar dari tentara Li dan membuat mereka
kewalahan. Tidak berdaya membuat pasukan penjaga kota Kaifeng mengambil jalan
pintas membuka bendungan dengan harapan tentara Li tersapu banjir dan hancur.
Namun banjir juga melanda rumah
penduduk.
Banyak orang yang berusaha
menyelamatkan diri naik ke atap rumah. Bagi rakyat jelata, mereka hanya membawa
lentera merah. Sedangkan kaum bangsawan dan pejabat berusaha menyelamatkan
harta benda.
Banjir terus meninggi dan membuat
orang-orang mulai putus asa.
Demi melihat penderitaan yang akan
dialami banyak rakyat jelata, Li memerintahkan anak buahnya menyelamatkan
rakyat dengan rakit dan perahu. Yang membawa lentera merah tentunya.
Untuk memperingati kebaikan hati Li
dalam menyelamatkan rakyat jelata, maka bangsa Tionghoa selalu menggantung
lentera merah pada setiap perayaan penting, seperti Perayaan Tahun Baru Imlek.
Perayaan Lentera
Perayaan Lentera kadang dikenal sebagai Shang Yuan atau Xiao Guo Nian, Tahun Baru Kecil. Dirayakan 15 hari setelah Perayaan Tahun Baru Imlek, atau pada tanggal 15 bulan satu Imlek.
Bermula pada masa pemerintahan Kaisar
Wu Di dari Dinasti Han. Di istana Wu Di tinggal seorang pembantu istana bernama
Yuanxiao. Yuanxiao ingin menjenguk keluarganya, namun aturan istana melarang
semua pembantu meninggalkan istana.
Beruntung Yuanxiao memiliki teman
seorang menteri bernama Shuo Dongfang. Dia adalah seorang yang cerdik dan
menetapkan dirinya untuk membantu pembantu
yang tidak berdaya itu.
Shuo berkata
kepada kaisar bahwa Dewa Surga telah memerintahkan kepada Dewa Api untuk
menghancurkan kota Changan pada tanggal 15 bulan 1 tahun Imlek. Dia berkata
kepada Wu Di bahwa satu-satunya cara untuk menenangkan sang Dewa adalah dengan
memberikan persembahan kembang api, membunyikan petasan dan mempertontonkan
lentera-lentera berwarna merah. Untuk membuat persembahan memuaskan hati sang
Dewa maka semua orang di kota harus turut ikut serta.
Dewa Api juga sangat menyukai kue
nasi lengket, khususnya yang dibuat oleh Yuanxiao, yang mana dianjurkan oleh
Shou agar dipersembahkan secara langsung. Beruntung, sang kaisar mempercayai
kebohongan itu dan memerintahkan agar kota Changan mempersiapkan semuanya.
Pada hari yang ditentukan, penduduk
kota menyalakan kembang api dan memasang lentera-lentera. Mereka bergembira ria
sepanjang malam. Dan Yuanxiao mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan istana
dan mengunjungi keluarganya.
Sang Kaisar, yang sangat senang atas
perayaan tersebut, memerintahkan agar perayaan yang sama dilakukan pada tahun
berikutnya dan Yuanxiao diperintahkan untuk membuat kue nasi lengket.
Pada Perayaan Lentera Maka pada
tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek menjadi sebuah
hari bagi perayaan besar sampai hari ini, merayakan bulan penuh pertama pada
tahun yang baru dan berkumpulnya keluarga serta kehidupan yang bahagia.
Kue nasi lengket yang dimakan sampai
saat ini dinamakan Yuan
Xiaountuk mengingat pembantu istana
tersebut.
Anda mungkin mengetahui bahwa pada
beberapa lentera terdapat tulisan. Itu adalah Teka-Teki pada Lentera,
juga dinamakan Singa Lentera karena menjawab teka-teki yang ada sama susahnya
dengan menembak singa.
Tanyakan kepada teman-teman anda
mengenai asal usul Perayaan Lentera dan Yuanxiao. Lalu perhatikan wajah mereka
terkagum-kagum pada saat anda menceritakan asal-usul sebenarnya.
Menyembunyikan sapu
Menurut legenda, pada jaman dahulu kala terdapat seorang
pedagang bernama Ou Ming yang selalu berpergian menggunakan perahu untuk
menjalankan usahanya.
Suatu hari Ou sedang naik perahu di
Danau Pengze. Tiba-tiba badai menghadang, sehingga perahu terdampar pada sebuah
pulau. Ditengah kebingungan karena perahu rusak berat dan tidak dapat dipakai
untuk meneruskan perjalanan, datang seorang bernama Qing Hongjun, pemilik dari
pulau tersebut.
Qing mengundang Ou ke kediamannya
dan menjamu Ou dengan hangat. Sebagai kenang-kenangan atas kunjungan Ou, Qing
berminat memberikan sebuah tanda mata. Ou dipersilahkan memilih barang yang
disukainya dari begitu banyak barang permata yang ada di rumah Qing.
Pada saat seorang pelayan Qing
menghidangkan teh bagi Ou, secara tidak sadar terucap bahwa Ru Yuan adalah
harta yang paling berharga.
Ou mendengarkan hal itu dan berpikir siapakah Ru Yuan itu. Namun dia
memastikan bahwa Ru Yuan sangat berharga.
Akhirnya Ou meminta Ru Yuan kepada
Qing. Meskipun pada awalnya Qing ragu, namun akhirnya Ru Yuan diberikan kepada
Ou. Ternyata Ru Yuan adalah seorang pembantu wanita di rumah Qing yang sangat
cantik.
Qing lalu mempersiapkan perahu untuk
Ou. Pada saat perpisahan, Qing memberikan satu peti permata kepada Ru Yuan.
Melihat permata yang sangat banyak, timbul pikiran jahat pada Ou untuk memiliki permata tersebut bagi
dirinya sendiri.
Setibanya di rumah, Ou melayani Ru
Yuan sangat baik. Sehingga lama kelamaan Ru Yuan terlena dan memberikan kunci
peti permata kepada Ou.
Begitu mendapatkan kunci peti
permata, sifat Ou langsung berubah total. Ru Yuan diperlakukan secara buruk dan
disuruh bekerja keras siang dan malam. Menghidangkan teh, memasak,
mencuci pakaian, dan banyak lainnya.
Suatu hari pada hari pertama
Perayaan Tahun Baru Imlek, Ou berpikir bahwa Ru Yuan terlalu malas, karena baru
bangun pada saat ayam berkokok, sehingga memukuli Ru Yuan.
Tidak tahan, Ru Yuan lari. Ou tidak
tinggal diam, dia mengejar.
Melihat sebuah sapu tersandar pada
pohon, Ru Yuan memutuskan untuk menghilang kedalam sapu. Bersamaan dengan
menghilangnya Ru Yuan, semua harta benda dan permata yang ada di rumah Ou turut
terbang dan menghilang ke dalam sapu.
Ou hanya bisa terpaku menyaksikan
semuanya. Melaratlah Ou sejak saat itu.
Sesudah itu, setelah membersihkan
rumah untuk menyambut Tahun Baru Imlek,
orang-orang menyembunyikan sapu, dan segala macam pembersih lainnya, untuk
menghindari segala hal yang diharapkan hilang tersapu.
Membunyikan Petasan
Legenda mengatakan bahwa pada jaman dahulu diatas rumpun
pohon bambu hidup sekelompok makhluk aneh yang dinamakan Makhluk Gunung. Mereka
pendek dan hanya memiliki satu kaki.
Pada suatu hari, di sebuah hutan
bambu lewatlah satu orang desa yang membawa banyak buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Secara tiba-tiba, muncul para
Makhluk Gunung dan langsung berebut mengambil buah dan sayur yang ada. Orang
desa itu tidak hanya diam, ia langsung berusaha menangkap para makhluk aneh
itu, dan akhirnya berhasil menangkap satu.
Ia berencana untuk membawa makhluk
aneh itu kepada hakim daerah.
Saat melanjutkan perjalanan, orang
desa itu berjumpa dengan sekelompok pemburu yang sedang memasak.
Mereka memberitahu kepada orang desa
itu bahwa yang ditangkapnya adalah Makhluk Gunung. Makhluk itu dapat membuat
orang menjadidemam dan sakit. Makhluk itu akan selalu turun pada setiap
tahun baru untuk mencari makan. Siapa pun yang berhubungan dengan makhluk itu
akan jatuh sakit.
Karena orang desa itu mulai merasa
kedinginan, para pemburu menambahkan potongan-potongan bambu ke perapian agar
udara semakin hangat.
Tiba-tiba muncul banyak Makhluk
Gunung, lalu menyerang para pemburu dan orang desa itu.
Di tengah kekacauan itu, potongan
bambu yang berada di perapian meletus. Letusan-letusan itu membuat para Makhluk
Gunung terkejut dan lari ketakutan.
Sejak saat itu rakyat membakar
potongan bambu untuk menakuti Makhluk Gunung.
Di kemudian hari, ini menjadi sebuah
kebiasaan yang selalu dilakukan pada setiap Perayaan Tahun Baru Imlek.
Memakan Kue Bulan
Pada jaman Dinasti Yuan, rakyat Han
pada saat itu menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para
pemberontak, dipimpin oleh Shu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih
pemerintahan. Shu bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk
memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.
Salah seorang penasehat
terpercayanya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa
akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan
kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut.
Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan
“Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.
Karena pemberitahuan itu, rakyat
bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan
Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan Pertengahan
Musim Gugur.
Perayaan Perahu Naga
Perayaan perahu naga selalu menjadi simbol dalam semangat dan kebudayaan bangsa Tionghoa.
Merupakan salah satu dari perayaan
besar bangsa Tionghoa yang diadakan setiap tahun, dan saat ini bisa disaksikan
dari seluruh penjuru dunia. Berpartisipasi dalam perayaan perahu naga, baik
sebagai peserta ataupun penonton, merupakan sesuatu yang menyenangkan dan dapat
dinikmati oleh setiap orang.
Anda dapat menyaksikan perahu-perahu
yang beraneka warna, dengan dihiasi kepala naga, ekor naga dan lukisan
sepanjang badan perahu. Anda dapat menyaksikan para peserta yang berusaha
sekuat tenaga untuk menjadi yang pertama sampai pada garis akhir. Penonton yang
berteriak dan memberi semangat bagi perahu pilihan mereka, sementara itu
pemukul gendang memukul gendangnya dan berteriak untuk memberikan semangat dan menyelaraskan
irama dayung bagi setiap peserta dalam perahunya. Perayaan ini jangan
diharapkan sebagai suatu perayaan yang tenang, namun sebuah perayaan yang ceria
dan menyenangkan, sebuah pesta besar.
Untuk mengetahui asal usul dari
perayaan perahu naga ini banyak yang tidak atau kurang mengetahuinya. Bahkan
banyak orang hanya mengatakan asal usulnya adalah “pada jaman dahulu kala”.
Sebenarnya asal usul perayaan perahu
naga ini bermula dari sekitar 2000 tahun yang lalu ketika para penganut
kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa
kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Perayaan mengambil waktu pada saat
musim panas, waktu dimana banyak terjadi bencana dan kematian, dan dimana
manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam. Pertandingan itu menjadi
simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan pertarungannya melawan
musuh-musuh.
Perayaan perahu naga dirayakan pada
saat “lima dari lima”, yaitu hari ke-lima dari bulan ke-lima penanggalan Cina.
Merah mendominasi warna dari perahu yang bertanding, karena merah adalah warna
dari angka lima dan merupakan simbol dari panas, musim panas, dan api. Panjang
dari perahu naga antara 30 sampai 100 kaki, dan cukup lebar untuk menampung dua
orang secara sejajar.
Beberapa ritual asli masih dilakukan
sampai saat ini, seperti “membangunkan sang naga” dengan memberikan tanda titik
pada kepala naga disetiap perahu. Perayaan ini dilakukan untuk memberikan
berkah kepada daerah sekitar, para perahu yang bertanding, dan para pesertanya.
Juga memberikan para perahu dan pesertanya kekuatan dari sang Naga dan berkah
dari Dewi Laut.
Sekalipun demikian, banyak yang
sudah berubah dalam perayaan itu. Seperti para penonton tidak lagi melemparkan
batu kepada perahu saingannya, dan tidak lagi menenggelamkan satu orang, yang
mengejutkan adalah pengorbanan itu dahulu dianggap sebagai pengorbanan terhadap
dewa dan sebagai tanda keberuntungan.
Perayaan perahu naga saat ini lebih
banyak berfungsi sebagai hiburan. Tidak lagi diperuntukkan bagi mengusir
kejahatan dan mendatangkan tahun yang baik, tetapi bagi memberikan sedikit
hiburan dan pendidikan kepada rakyat tentang sejarah dan kebudayaan bangsa
Tionghoa.
Sekarang tidak lagi seperti dahulu,
yang mana sangat ketahyulan, namun tetap terdapat kegembiraan dalam perayaan
tersebut.
Tradisi Perayaan Imlek
Metrotainment.net – “Gong Xi..Gong Xi..Gong
Xi Ni..”
Lagu atau perkataan ini
lah yang akhir-akhir ini bisa kita dengarkan di pusat perbelanjaan. Ya,
sebentar lagi orang Tionghoa akan merayakan tahun baru.
Tahun baru yang dilihat
dari penanggalan Cina ini tidak sama dengan tahun baru yang biasanya jatuh pada
1 Januari. Tahun baru Cin jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya.
Antara tanggal 21 Januari hingga 20 Februari.
Ada mitos yang hidup di
kalangan masyarakat mengenai sejarah Imlek ini. Seperti dikutip dari sebuah
search engine terbesar, Wikipedia, dahulu kala, Nián (年) adalah seekor raksasa
pemakan manusia dari pegunungan, yang muncul di akhir musim dingin untuk
memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Nian Utara Dari Dinasti Ming
Untuk melindungi diri
mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.
Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan
makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri
ternak dan hasil Panen.
Imlek 2563
Pada suatu waktu,
penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak
kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian
percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan
datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di
jendela dan pintu.
Mereka juga menggunakan
kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian
berkempang menjadiperayaan
Tahun Baru.
Guò nián, yang berarti
“menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Sejak saat
itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Maka dari itu, hingga
saat ini Imlek atau Sin Tjia identik dengan warna merah.
Walaupun sebenarnya
menurut kepercayaan yang lain, ada warna-warna baju tertentu yang harus dikenakan pada hari Sin
Tjia agar bisa membawa rejeki selama setahun ke depan.
Beberapa hari menjelang
Imlek kesibukan dalam rumah mulai terlihat.
Diawali dengan
pembersihan rumah secara keseluruhan bahkan ada yang mengecat baru pintu-pintu
dan jendela.
Hal ini dilakukan untuk
membuang segala kesialan dan hawa kurang baik yang ada dalam rumah lalu
memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.
Aslinya Imlek dirayakan
oleh para petani di Cina. Perayaan ini berkaitan juga dengan pesta para petani
untuk menyambut musim semi.
Tradisi Imlek - Mie Umur Panjang Siu Mi
Karena budaya Sin Tjia
berasal dari kebudayaan petani, maka segala bentuk persembahan yang ada berupa
berbagai jenis makanan.
Idealnya, pada setiap
acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang
mewakili lambang-lambang shio yang juga berjumlah 12.
Di Negara asalnya,
hidangan yang wajib ada adalah mie panjang umur (siu mi) dan arak.
Di Indonesia, hidangan
yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti “kemakmuran,” “panjang
umur,” “keselamatan,” atau “kebahagiaan,” dan merupakan hidangan kesukaan para
leluhur.
Kue-kue yang dihidangkan
pun lebih manis dengan harapan kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih
manis. Di samping itu dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rezeki yang
berlapis-lapis.
Imlek 2011 - Kue Keranjang
Kue mangkok dan kue
keranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan.
Biasanya kue keranjang disusun
ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai
simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Tapi, ternyata ada juga
makanan yang dihindari untuk dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak dihidangkan
karena makanan ini melambangkan kemiskinan.
Kedua belas hidangan itu
lalu disusun di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain
khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah.
Pemilik rumah lalu
berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.
Kemudian pemilik rumah
akan melempar koin. Sisi koin yang keluar menandakan bahwa sang leluhur telah
selesai atau belum menyantap hidangan yang dipersiapkan. Jika sudah, giliran
anggota keluarga yang menyantapnya
Setelah makan, biasanya
para anggota keluarga akan duduk bersama ngobrol, main kartu maupun game, atau
hanya nonton TV. Pada waktu ini disediakan camilan khas Imlek berupa kuaci, kacang, dan permen. Agar pikiran menjadi
jernih, disediakan agar-agar yang dicetak seperti bintang sebagai simbol
kehidupan yang terang.
Semua lampu dibiarkan
menyala sepanjang malam dan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa
masuk ke rumah dengan leluasa.
Keesokan harinya,
anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat kepada orang tua maupun
sanak keluarga lalu mereka biasanya akan mendapat Ang Pao.
Acara pun dilanjutkan
dengan mendatangi saudara yang lebih tua. Ini adalah saat yang tepat untuk
saling berdamai, melupakan segala perselisihan yang ada.
Pada waktu perayaan
Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi seperti
barongsai dan pesta kembang api.
Lima belas hari sesudah
Imlek dilakukan sebuah perayaan yang disebut dengan Cap Go Meh.
Perayaan ini biasanya
kental dengan suasana jiarah ke makam lleuhur maupun orang tua sambil membawa
sejumlah makanan sebagai persembahan. Seperti koya, jeruk, apel, dan
sebagainya.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6618546554679848952#editor/target=post;postID=4892893663169687176
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6618546554679848952#editor/target=post;postID=4892893663169687176
maaf kalau kurang lengkap :D
BalasHapus