Jumat, 03 Februari 2012

Tahun baru Imlek 2563 liong air


Selamat tahun baru imlek 2563
新年快 Xin Nian Kuai Le
身体健康 Shen Ti Jian Kang
龙马精神 Long Ma Jing Shen
万事如意 Wan Shi Ru Yi





Perayaan Imlek
Dalam jutaan orang Tionghoa yang ada di dunia ini, ternyata yang mengetahui sejarah dan asal usul Tahun Baru Imlek memang tidak banyak. Biasanya mereka hanya merayakannya dari tahun ke tahun bila kalender penanggalan Imlek telah menunjukan tanggal satu bulan satu. Jenis dan cara merayakannya pun bisa berbeda dari satu suku dengan yang lain.
Hal ini dikarenakan luasnya daratan Tiongkok dengan beraneka ragamnya kondisi alam, lingkungan baik secara geografis maupun demografis, belum lagi secara etnis. Ada yang dimulai dengan sembahyang kepada Thian dan para Dewa, serta leluhur, ada pula yang dimulai dengan makan onde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain sebelum saling berkunjung antar sanak saudara sambil tidak lupa membagi-bagi “Ang Pau” untuk anak-anak, yang tentu saja menerimanya dengan penuh kegembiraan.
Sebenarnya penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh 2 system kalender, yaitu sistem Gregorian dan sistem Bulan-Matahari, dimana satu tahun terbagi rata menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29 ½ hari. Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang amat erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada alam, sehingga pembagian musim ini terbukti amat berguna bagi pertanian dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.
Di bawah ini adalah beberapa contoh dari pembagian 24 musim tersebut:
- Permulaan musim semi
Hari pertama pada musim ini adalah hari pertama Perayaan Tahun Baru, atau saat dimulainya Perayaan Musim Semi (Chun Jie).
- Musim hujan
Di mana hujan mulai turun.
- Musim serangga
Serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin.
- dll (Masih terdapat 21 musim lain yang terlalu panjang untuk dibahas satu persatu)
Selain dari pembagian musim di atas, dalam penanggalan Tionghoa juga dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun-tahun dalam hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan “Shio”, yaitu Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi.
Kesimpulannya, penanggalan Tionghoa tidak hanya mengikuti satu sistem saja, tetapi juga ada beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu musim, 5 unsur, angka langit, shio, dll. Walaupun demikian, semua perhitungan hari ini dapat terangkum dengan baik menjadi satu sistem “Penanggalan Tionghoa” yang baik, lengkap dan harmonis bahkan hampir bisa dikatakan sempurna karena sudah mencakup “Koreksi” -nya juga, sebagai contoh adalah “Lun Gwe”, merupakan bulan untuk mengkoreksi setelah satu periode tertentu.
Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan sebuah perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Menggantung lentera merah, membunyikan petasan dan menyembunyikan sapu adalah salah satu keunikan dari perayaan ini. Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini.

















NIAN
http://www.metrotainment.net/wp-content/uploads/2011/02/Nian-Utara-Dari-Dinasti-Ming.jpg       http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQcai5yGfIRBKDLGbBno4v5aaZDnDboAn-S8WKKciKGPXqH0wK3
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwKxs6d98H_AsQBdq9DM-tiPtpLtDbU_8dlCscsUK1ZhgSumRcC-46MZ_S4i4hSIXyCM7H_PJJP6WOaPYQB3DWkGwnk5nLQXigEWAdxDzg3hNAO60j0ZPiqw6BAq2kxeNS_E4FXQYqAzan/s1600/monsterNian.jpg      http://jongjava.com/web/images/stories/Wisata/Barongsai.jpg
Legenda mengatakan bahwa pada jaman dahulu dunia dipenuhi dengan binatang-binatang buas dan berbahaya. Diantara mereka terdapat sebuah monster yang sangat besar, Nian.
Nian mempunyai kebiasaan memulai makan manusia tepat pada malam tahun baru.
Nian mempunyai mulut yang sangat besar yang dapat menelan banyak orang sekaligus dalam sekali lahap, sehingga tidak heran jika pendudukmenjadi amat takut kepadanya.
Pada suatu hari, ada seorang tua yang datang untuk menolong mereka. Beliau menawarkan diri untuk menaklukkan sang monster Nian.
Walaupun setengah percaya, penduduk setuju. Maka orang tua itu pun mencari Nian.
Pada saat bertemu Nian, Nian masih terlelap tidur, orang tua itu berteriak, “Nian bangun! Saat ini adalah malam tahun baru. Bangun!”
Mendengar teriakan itu, Nian pun bangun.
“Jadilah baik dan buang sifat jahatmu. Hentikan kebiasaanmu memakan manusia”, kata orang tua itu.
“Ha, ha, ha. Hai orang tua, kamu telah menghantarkan dirimu. Tidakkah kamu takut aku akan memakanmu?”, ejek Nian.
“Jika kamu memakan diriku, apa yang patut dibanggakan? Apa hebatnya?”, tanya orang tua itu, “Beranikah kamu memakan ular berbisa?”
“Mudah”, jawab Nian.
Saat itu juga Nian langsung melahap semua ular yang ada di sekitarnya.
“Bagaimana? Bukankah aku hebat?”
“Di belakang gunung terdapat banyak binatang buas, apakah kamu mampu mengalahkan mereka?”, tanya sang orang tua.
“Ikutlah denganku, maka kamu akan mengetahui kehebatanku”, jawab Nian.
Nian langsung melahap binatang-binatang buas yang ada, dan sebagian lagi lari ketakutan, Nian tidak terkalahkan.
“Ha,ha,ha. Hai orang tua, sekarang kamu akan aku makan”
“Tahan. Aku akan melepas jubah yang kupakai dahulu sehingga kamu akan mendapatkan makanan yang lebih lezat”, jawab sang orang tua.
Saat sang orang tua melepas jubahnya, Nian langsung ketakutan karena baju orang tua itu berwarna merah.
“Saya benci warna merah. Singkirkan!”
“Ha,ha,ha. Aku tahu kamu takut warna merah”
“Ampunilah diriku”, mohon Nian.
“Bila kamu bersedia melepaskan kebiasaan jelekmu, maka kamu akan kuampuni”, jawab sang orang tua.
Sejak itulah sang monster Nian hanya memangsa binatang, tidak pernah lagi dia memakan manusia.
Setelah kejadian tersebut, orang tua itu pun menghilang dengan mengendarai sang monster Nian.
Barulah penduduk sadar bahwa orang tua tersebut adalah Dewa yang turun ke dunia guna menolong manusia.
Nian telah pergi, binatang buas lainnya juga takut berkeliaran, mereka masuk ke hutan-hutan. Sejak saat itu penduduk mulai dapat hidup tenang dan damai.
Sebelum pergi sang orang tua berpesan agar penduduk menaruh dekorasi yang terbuat dari kertas merah pada pintu-pintu dan jendela pada setiap akhir tahun, demi menangkal kembalinya si Nian, karena Nian takut warna merah.
Sejak itulah, menempel kertas merah menjadi kebiasaan.
Meskipun demikian banyak orang lupa atau tidak tahu mengapa merekaharus menempel kertas merah. Mereka, rata-rata, hanya menyukai kemeriahan warna dan suasana yang dianggap dapat lebih menyemarakkan Perayaan Tahun Baru Imlek.























Hiasan Imlek         Walaupun puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlekhanya berlangsung 2-3 hari termasuk malam tahun baru, tetapi masa tahun baru sebenarnya berlangsung mulai pertengahan bulan 12 tahun sebelumnya sampai pertengahan bulan pertama dari tahun yang baru tersebut.
Satu bulan sebelum tahun baru merupakan bulan yang bagus untuk berdagang, karena orang biasanya akan dengan mudah mengeluarkan isi kantongnya untuk membeli barang-barang keperluan tahun baru. Transportasipun akan terlihat mulai padat karena orang biasanya akan pulang ke kampung halaman untuk merayakan tahun baru bersama sanak saudara.
Beberapa hari menjelang tahun baru kesibukan dalam rumah mulai terlihat dimulai dengan pembersihan rumah secara besar-besaran bahkan ada yang mengecat baru pintu-pintu dan jendela. Ini dimaksud untuk membuang segala kesialan serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.
Acara dilanjutkan dengan memasang hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun tempelan kata-kata harapan, seperti Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta Kemakmuran.
Keluarga melakukan sembahyang terhadap leluhur, bermacam-macam buah diletakkan di depan altar.
Pada malam tahun baru, setiap keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Makanan populer pada jamuan khusus ini adalah “Jiao Zi” (semacam ronde). Setelah makan, biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main kartu maupun game, atau hanya nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam, langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira.
Keesokan harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak keluarga dan mereka biasanya akan mendapat Ang Pau. Acara dilanjutkan dengan mendatangi saudara yang lebih tua atau tetangga. Ini adalah saat yang tepat untuk saling berdamai, melupakan segala ketidakcocokan.
Suasana tahun baru berakhir 15 hari kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera”. Lentera warna-warni aneka bentuk akan dipasang memeriahkan suasana, tarian tradisional digelar. Makanan khas pada saat itu adalah “Yuan Xiao”, semacam ronde yang lain.
Walaupun tradisi dan kebiasaan boleh berbeda tetapi ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru, yaitu suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun penduduk dunia lainnya.


Menggantung Lentera Merah


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRCfJNEo3M_QDDo8RqQM2YtHKmb6ZDNQ_BZk7BD0MZfqgr1ZJFK0M3qFye0IYz3Nwr3_Q6pWXcJsuBgAVTTM48nerLo08i-pd8QaCZOl95W-DEuEgrFs09SNeEndKvxT250wVG4brw9tE/s1600/yossie3660_lampion_imlek_2560_FB.JPG
Pada masa akhir Dinasti Ming, Li Zicheng, pemimpin pemberontak, bersama tentaranya sedang mempersiapkan diri untuk menguasai kota Kaifeng.
Demi mendapatkan informasi yang akurat, Li menyamar sebagai penjual beras masuk ke Kaifeng. Setelah mendapat gambaran yang jelas, maka Li menyebarkan berita untuk kalangan rakyat jelata bahwa tentara pemberontak tidak akan mengganggu setiap rumah yang menggantung lentera merah di pintu depan.
Sekembalinya Li ke markas, dia membuat rencana penyerangan. Para penjaga kota Kaifeng mulai mendapat serangan gencar dari tentara Li dan membuat mereka kewalahan. Tidak berdaya membuat pasukan penjaga kota Kaifeng mengambil jalan pintas membuka bendungan dengan harapan tentara Li tersapu banjir dan hancur.
Namun banjir juga melanda rumah penduduk.
Banyak orang yang berusaha menyelamatkan diri naik ke atap rumah. Bagi rakyat jelata, mereka hanya membawa lentera merah. Sedangkan kaum bangsawan dan pejabat berusaha menyelamatkan harta benda.
Banjir terus meninggi dan membuat orang-orang mulai putus asa.
Demi melihat penderitaan yang akan dialami banyak rakyat jelata, Li memerintahkan anak buahnya menyelamatkan rakyat dengan rakit dan perahu. Yang membawa lentera merah tentunya.
Untuk memperingati kebaikan hati Li dalam menyelamatkan rakyat jelata, maka bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, seperti Perayaan Tahun Baru Imlek.




Perayaan Lentera


Lentera      Perayaan Lentera kadang dikenal sebagai Shang Yuan atau Xiao Guo Nian, Tahun Baru Kecil. Dirayakan 15 hari setelah Perayaan Tahun Baru Imlek, atau pada tanggal 15 bulan satu Imlek.
Bermula pada masa pemerintahan Kaisar Wu Di dari Dinasti Han. Di istana Wu Di tinggal seorang pembantu istana bernama Yuanxiao. Yuanxiao ingin menjenguk keluarganya, namun aturan istana melarang semua pembantu meninggalkan istana.
Beruntung Yuanxiao memiliki teman seorang menteri bernama Shuo Dongfang. Dia adalah seorang yang cerdik dan menetapkan dirinya untuk membantu pembantu yang tidak berdaya itu.
Lentera Drum       Shuo berkata kepada kaisar bahwa Dewa Surga telah memerintahkan kepada Dewa Api untuk menghancurkan kota Changan pada tanggal 15 bulan 1 tahun Imlek. Dia berkata kepada Wu Di bahwa satu-satunya cara untuk menenangkan sang Dewa adalah dengan memberikan persembahan kembang api, membunyikan petasan dan mempertontonkan lentera-lentera berwarna merah. Untuk membuat persembahan memuaskan hati sang Dewa maka semua orang di kota harus turut ikut serta.
Dewa Api juga sangat menyukai kue nasi lengket, khususnya yang dibuat oleh Yuanxiao, yang mana dianjurkan oleh Shou agar dipersembahkan secara langsung. Beruntung, sang kaisar mempercayai kebohongan itu dan memerintahkan agar kota Changan mempersiapkan semuanya.
Pada hari yang ditentukan, penduduk kota menyalakan kembang api dan memasang lentera-lentera. Mereka bergembira ria sepanjang malam. Dan Yuanxiao mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan istana dan mengunjungi keluarganya.
Sang Kaisar, yang sangat senang atas perayaan tersebut, memerintahkan agar perayaan yang sama dilakukan pada tahun berikutnya dan Yuanxiao diperintahkan untuk membuat kue nasi lengket.
Pada Perayaan Lentera Maka pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek menjadi sebuah hari bagi perayaan besar sampai hari ini, merayakan bulan penuh pertama pada tahun yang baru dan berkumpulnya keluarga serta kehidupan yang bahagia.
Kue nasi lengket yang dimakan sampai saat ini dinamakan Yuan Xiaountuk mengingat pembantu istana tersebut.
Anda mungkin mengetahui bahwa pada beberapa lentera terdapat tulisan. Itu adalah Teka-Teki pada Lentera, juga dinamakan Singa Lentera karena menjawab teka-teki yang ada sama susahnya dengan menembak singa.
Tanyakan kepada teman-teman anda mengenai asal usul Perayaan Lentera dan Yuanxiao. Lalu perhatikan wajah mereka terkagum-kagum pada saat anda menceritakan asal-usul sebenarnya.

Menyembunyikan sapu

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSOHC76_AJ78JM6sL-RsUDrEIEuWKXj_ZazvvsKw6n79qxvemT-oA
Menurut legenda, pada jaman dahulu kala terdapat seorang pedagang bernama Ou Ming yang selalu berpergian menggunakan perahu untuk menjalankan usahanya.
Suatu hari Ou sedang naik perahu di Danau Pengze. Tiba-tiba badai menghadang, sehingga perahu terdampar pada sebuah pulau. Ditengah kebingungan karena perahu rusak berat dan tidak dapat dipakai untuk meneruskan perjalanan, datang seorang bernama Qing Hongjun, pemilik dari pulau tersebut.
Qing mengundang Ou ke kediamannya dan menjamu Ou dengan hangat. Sebagai kenang-kenangan atas kunjungan Ou, Qing berminat memberikan sebuah tanda mata. Ou dipersilahkan memilih barang yang disukainya dari begitu banyak barang permata yang ada di rumah Qing.
Pada saat seorang pelayan Qing menghidangkan teh bagi Ou, secara tidak sadar terucap bahwa Ru Yuan adalah harta yang paling berharga.
Ou mendengarkan hal itu dan berpikir siapakah Ru Yuan itu. Namun dia memastikan bahwa Ru Yuan sangat berharga.
Akhirnya Ou meminta Ru Yuan kepada Qing. Meskipun pada awalnya Qing ragu, namun akhirnya Ru Yuan diberikan kepada Ou. Ternyata Ru Yuan adalah seorang pembantu wanita di rumah Qing yang sangat cantik.
Qing lalu mempersiapkan perahu untuk Ou. Pada saat perpisahan, Qing memberikan satu peti permata kepada Ru Yuan. Melihat permata yang sangat banyak, timbul pikiran jahat pada Ou untuk memiliki permata tersebut bagi dirinya sendiri.
Setibanya di rumah, Ou melayani Ru Yuan sangat baik. Sehingga lama kelamaan Ru Yuan terlena dan memberikan kunci peti permata kepada Ou.
Begitu mendapatkan kunci peti permata, sifat Ou langsung berubah total. Ru Yuan diperlakukan secara buruk dan disuruh bekerja keras siang dan malam. Menghidangkan teh, memasak, mencuci pakaian, dan banyak lainnya.
Suatu hari pada hari pertama Perayaan Tahun Baru Imlek, Ou berpikir bahwa Ru Yuan terlalu malas, karena baru bangun pada saat ayam berkokok, sehingga memukuli Ru Yuan.
Tidak tahan, Ru Yuan lari. Ou tidak tinggal diam, dia mengejar.
Melihat sebuah sapu tersandar pada pohon, Ru Yuan memutuskan untuk menghilang kedalam sapu. Bersamaan dengan menghilangnya Ru Yuan, semua harta benda dan permata yang ada di rumah Ou turut terbang dan menghilang ke dalam sapu.
Ou hanya bisa terpaku menyaksikan semuanya. Melaratlah Ou sejak saat itu.
Sesudah itu, setelah membersihkan rumah untuk menyambut Tahun Baru Imlek, orang-orang menyembunyikan sapu, dan segala macam pembersih lainnya, untuk menghindari segala hal yang diharapkan hilang tersapu.


Membunyikan Petasan

http://www.china-fun.net/Topics/topicpic/20070210144432.bmpLegenda mengatakan bahwa pada jaman dahulu diatas rumpun pohon bambu hidup sekelompok makhluk aneh yang dinamakan Makhluk Gunung. Mereka pendek dan hanya memiliki satu kaki.
Pada suatu hari, di sebuah hutan bambu lewatlah satu orang desa yang membawa banyak buah-buahan dan sayur-sayuran.
Secara tiba-tiba, muncul para Makhluk Gunung dan langsung berebut mengambil buah dan sayur yang ada. Orang desa itu tidak hanya diam, ia langsung berusaha menangkap para makhluk aneh itu, dan akhirnya berhasil menangkap satu.
Ia berencana untuk membawa makhluk aneh itu kepada hakim daerah.
Saat melanjutkan perjalanan, orang desa itu berjumpa dengan sekelompok pemburu yang sedang memasak.
Mereka memberitahu kepada orang desa itu bahwa yang ditangkapnya adalah Makhluk Gunung. Makhluk itu dapat membuat orang menjadidemam dan sakit. Makhluk itu akan selalu turun pada setiap tahun baru untuk mencari makan. Siapa pun yang berhubungan dengan makhluk itu akan jatuh sakit.
Karena orang desa itu mulai merasa kedinginan, para pemburu menambahkan potongan-potongan bambu ke perapian agar udara semakin hangat.
Tiba-tiba muncul banyak Makhluk Gunung, lalu menyerang para pemburu dan orang desa itu.
Di tengah kekacauan itu, potongan bambu yang berada di perapian meletus. Letusan-letusan itu membuat para Makhluk Gunung terkejut dan lari ketakutan.
Sejak saat itu rakyat membakar potongan bambu untuk menakuti Makhluk Gunung.
Di kemudian hari, ini menjadi sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan pada setiap Perayaan Tahun Baru Imlek.




Memakan Kue Bulan


Kue Bulan
Pada jaman Dinasti Yuan, rakyat Han pada saat itu menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para pemberontak, dipimpin oleh Shu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih pemerintahan. Shu bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.
Salah seorang penasehat terpercayanya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut. Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan “Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.
Karena pemberitahuan itu, rakyat bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan Pertengahan Musim Gugur.













Perayaan Perahu Naga



http://www.indonesiamedia.com/images/july00/buday-0700-pekcun4.jpg


Perayaan perahu naga selalu menjadi simbol dalam semangat dan kebudayaan bangsa Tionghoa. Merupakan salah satu dari perayaan besar bangsa Tionghoa yang diadakan setiap tahun, dan saat ini bisa disaksikan dari seluruh penjuru dunia. Berpartisipasi dalam perayaan perahu naga, baik sebagai peserta ataupun penonton, merupakan sesuatu yang menyenangkan dan dapat dinikmati oleh setiap orang.
Anda dapat menyaksikan perahu-perahu yang beraneka warna, dengan dihiasi kepala naga, ekor naga dan lukisan sepanjang badan perahu. Anda dapat menyaksikan para peserta yang berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang pertama sampai pada garis akhir. Penonton yang berteriak dan memberi semangat bagi perahu pilihan mereka, sementara itu pemukul gendang memukul gendangnya dan berteriak untuk memberikan semangat dan menyelaraskan irama dayung bagi setiap peserta dalam perahunya. Perayaan ini jangan diharapkan sebagai suatu perayaan yang tenang, namun sebuah perayaan yang ceria dan menyenangkan, sebuah pesta besar.
Untuk mengetahui asal usul dari perayaan perahu naga ini banyak yang tidak atau kurang mengetahuinya. Bahkan banyak orang hanya mengatakan asal usulnya adalah “pada jaman dahulu kala”.
Sebenarnya asal usul perayaan perahu naga ini bermula dari sekitar 2000 tahun yang lalu ketika para penganut kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Perayaan mengambil waktu pada saat musim panas, waktu dimana banyak terjadi bencana dan kematian, dan dimana manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam. Pertandingan itu menjadi simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan pertarungannya melawan musuh-musuh.
Ada pula beberapa kisah yang mendasari asal muasal perayaan ini, seperti kisah Qu Yuan dan Cao-E.
Perayaan perahu naga dirayakan pada saat “lima dari lima”, yaitu hari ke-lima dari bulan ke-lima penanggalan Cina. Merah mendominasi warna dari perahu yang bertanding, karena merah adalah warna dari angka lima dan merupakan simbol dari panas, musim panas, dan api. Panjang dari perahu naga antara 30 sampai 100 kaki, dan cukup lebar untuk menampung dua orang secara sejajar.
Beberapa ritual asli masih dilakukan sampai saat ini, seperti “membangunkan sang naga” dengan memberikan tanda titik pada kepala naga disetiap perahu. Perayaan ini dilakukan untuk memberikan berkah kepada daerah sekitar, para perahu yang bertanding, dan para pesertanya. Juga memberikan para perahu dan pesertanya kekuatan dari sang Naga dan berkah dari Dewi Laut.
Sekalipun demikian, banyak yang sudah berubah dalam perayaan itu. Seperti para penonton tidak lagi melemparkan batu kepada perahu saingannya, dan tidak lagi menenggelamkan satu orang, yang mengejutkan adalah pengorbanan itu dahulu dianggap sebagai pengorbanan terhadap dewa dan sebagai tanda keberuntungan.
Perayaan perahu naga saat ini lebih banyak berfungsi sebagai hiburan. Tidak lagi diperuntukkan bagi mengusir kejahatan dan mendatangkan tahun yang baik, tetapi bagi memberikan sedikit hiburan dan pendidikan kepada rakyat tentang sejarah dan kebudayaan bangsa Tionghoa.
Sekarang tidak lagi seperti dahulu, yang mana sangat ketahyulan, namun tetap terdapat kegembiraan dalam perayaan tersebut.



















Tradisi Perayaan Imlek
Metrotainment.net – “Gong Xi..Gong Xi..Gong Xi Ni..
Lagu atau perkataan ini lah yang akhir-akhir ini bisa kita dengarkan di pusat perbelanjaan. Ya, sebentar lagi orang Tionghoa akan merayakan tahun baru.
Tahun baru yang dilihat dari penanggalan Cina ini tidak sama dengan tahun baru yang biasanya jatuh pada 1 Januari. Tahun baru Cin jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya. Antara tanggal 21 Januari hingga 20 Februari.
Ada mitos yang hidup di kalangan masyarakat mengenai sejarah Imlek ini. Seperti dikutip dari sebuah search engine terbesar, Wikipedia, dahulu kala, Nián () adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan, yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Nian Utara Dari Dinasti Ming
Nian Utara Dari Dinasti Ming
Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen.
Imlek 2562
Imlek 2563
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu.
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadiperayaan Tahun Baru.
Guò nián, yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Maka dari itu, hingga saat ini Imlek atau Sin Tjia identik dengan warna merah.

Walaupun sebenarnya menurut kepercayaan yang lain, ada warna-warna baju tertentu yang harus dikenakan pada hari Sin Tjia agar bisa membawa rejeki selama setahun ke depan.
Beberapa hari menjelang Imlek kesibukan dalam rumah mulai terlihat.
Diawali dengan pembersihan rumah secara keseluruhan bahkan ada yang mengecat baru pintu-pintu dan jendela.
Hal ini dilakukan untuk membuang segala kesialan dan hawa kurang baik yang ada dalam rumah lalu memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.
Aslinya Imlek dirayakan oleh para petani di Cina. Perayaan ini berkaitan juga dengan pesta para petani untuk menyambut musim semi.

Tradisi Imlek - Mie Umur Panjang Siu Mi
Tradisi Imlek - Mie Umur Panjang Siu Mi
Karena budaya Sin Tjia berasal dari kebudayaan petani, maka segala bentuk persembahan yang ada berupa berbagai jenis makanan.
Idealnya, pada setiap acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang mewakili lambang-lambang shio yang juga berjumlah 12.
Di Negara asalnya, hidangan yang wajib ada adalah mie panjang umur (siu mi) dan arak.
Di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti “kemakmuran,” “panjang umur,” “keselamatan,” atau “kebahagiaan,” dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur.
Kue-kue yang dihidangkan pun lebih manis dengan harapan kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis. Di samping itu dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis.

Imlek 2011 - Kue Keranjang
Imlek 2011 - Kue Keranjang
Kue mangkok dan kue keranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan.
Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Tapi, ternyata ada juga makanan yang dihindari untuk dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak dihidangkan karena makanan ini melambangkan kemiskinan.
Kedua belas hidangan itu lalu disusun di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah.
Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.
Kemudian pemilik rumah akan melempar koin. Sisi koin yang keluar menandakan bahwa sang leluhur telah selesai atau belum menyantap hidangan yang dipersiapkan. Jika sudah, giliran anggota keluarga yang menyantapnya
Setelah makan, biasanya para anggota keluarga akan duduk bersama ngobrol, main kartu maupun game, atau hanya nonton TV. Pada waktu ini disediakan camilan khas Imlek berupa kuaci, kacang, dan permen. Agar pikiran menjadi jernih, disediakan agar-agar yang dicetak seperti bintang sebagai simbol kehidupan yang terang.
Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam dan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.

http://desaingratis.com/wp-content/uploads/2011/01/imlek3.gif
Keesokan harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat kepada orang tua maupun sanak keluarga lalu mereka biasanya akan mendapat Ang Pao.
Acara pun dilanjutkan dengan mendatangi saudara yang lebih tua. Ini adalah saat yang tepat untuk saling berdamai, melupakan segala perselisihan yang ada.
Pada waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi seperti barongsai dan pesta kembang api.
Lima belas hari sesudah Imlek dilakukan sebuah perayaan yang disebut dengan Cap Go Meh.
Perayaan ini biasanya kental dengan suasana jiarah ke makam lleuhur maupun orang tua sambil membawa sejumlah makanan sebagai persembahan. Seperti koya, jeruk, apel, dan sebagainya.




http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6618546554679848952#editor/target=post;postID=4892893663169687176


1 komentar: